Minggu, 06 Desember 2009

Edukasi
Seorang pemerhati pendidikan. Jatuh cinta pada pada dunia pendidikan dan dunia yang berhubungan anak-anak dengan mencoba memahami setiap anak dengan segala perbedaannya yang unik. Mengabdikan diri di dunia pendiikan dengan mengelola PUTRA PERTIWI SCHOOL 'a place to grow in learning'. Penganggum dan pecinta karya sastra.
Memahami Perbedaan Gaya Belajar Anak
Novianty Elizabeth
| 29 November 2009 | 21:18
Sebarkan Tulisan:

Setiap anak itu unik. Tidak semua anak memproses suatu informasi dengan cara yang sama. Sebagai pendidik, pelatih dan orang tua, kita harus mengetahui bagaimana perbedaan gaya berfikir mereka yang kemudian diterjemahkan kedalam gaya belajar yang berbeda. Adakalanya pendidik, pelatih maupun orang tua memaksakan kehendak untuk mengikuti gaya belajar mereka. Biasanya gaya berfikir diri sendiri akan mendominasi pendekatan yang digunakan saat mengajar. Sebagai pengajar, pelatih dan pendidik kita cenderung mengajar dengan cara yang sama seperti cara belajar yang kita sukai sendiri. Padahal dibalik gaya belajar individual anak ada satu manfaat yang besar dari balik kekuatan gaya belajar yang berbeda.

Umumnya para guru, pelatih dan orang tua diseluruh dunia masih mengalah pada kepercayaan-kepercayaan lama yang keliru mengenai belajar dan mengajar berikut ini

1.Cara belajar yang terbaik untuk siswa adalah dengan duduk tegak di depan meja.
Penelitian telah membuktikan bahwa banyak manusia menghasilkan kinerja yang lebih baik di lingkungan informal. Ketika seorang duduk di kursi yang keras, kira-kira 75 % persen berat badannya ditopang oleh tulang yang hanya sepuluhsentimeter persegi. Akibat tekanan tersebut pada jaringan pantat sering menyebabkan kelelahan, perasaan tidak nyaman dan kebutuhan sering mengubah-ngubah tempat duduk.Maka banyak sekolah modern di dunia yang juga menyediakan karpet dan lantai kelas mereka untuk tempat pembelajaran agar anak tidak jenuh dan penat untuk selalu duduk belajar dengan formal.
2.Cara belajar yang terbaik untuk siswa adalah dalam ruangan dengan pencahayaan yang terang karena pencahayaan yang redup akan merusak mata mereka ketika membaca dan bekerja.
Penelitian membuktikan bahwa siswa menghasilkan kinerja yang lebih baikdalam ruangan berpencahayaan redup sedangkan pencahayaan yang terang membuat mereka gelisah, cemas dan mendorong anak menjadi hiperaktif. Pencahayaan redup memberikan ketenangan kepada banyak siswa dan membantu mereka untuk merasa lebih santai dan berfikiran jernih.
3.Siswa belajar lebih banyak dan lebih baik dalam lingkungan yang benar-benar sunyi.
Penelitian mengungkapkan banyak orang dewasa mampu berfikir dan mengingat paling baik ketika mendengarkan musik. Dan penelitian di negara maju menunjukan 40% siswa menengah lebih menyukai mendengarkan suara musik dan kebisingan saat belajar, mereka tidak dapat berkonsentrasi dalam keadaan sunyi. Namun selalu ada siswa dalam tiap-tiap kelompok membutuhkan suasana yang benar-benar sunyi. Lingkungan belajar dan pelatihan seharusnya melayani kedua kebutuhan ini.
4.Siswa lebih mudah mengenali subjek yang sulit pada awal pagi ketika mereka masih dalam kondisi paling waspada.
Hal ini tidak berlaku bagi semua pembelajar. Apabila siswa dibiarkan belajar pada waktu-waktu yang paling tepat bagi mereka, maka sikap, motivasi dan nilai matematika mereka akan membaik. Tidak semua anak dapat berkonsentrasi pada pagi hari dan itulah sebabnya para pembelajar sore dan para “tukang begadang malam mendapat masalah belajar dalam tatanan pendidikan tradisional yang menjadwalkan subjek-subjek sulit pada jam-jam pagi hari
5.Siswa yang tidak bisa duduk tenang berarti belum siap belajar atau tidak bisa belajar dengan cara yang benar.
Biasanya siswa yang lebih banyak dari kalangan laki-laki membutuhkan mobilitas saat mereka belajar. Kebanyakan siswa yang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran cenderung belajar lebih banyak, dan memperhatikan lebih cermat dan meraih nilai tes lebih tinggi dibanding apabila mereka harus duduk diam dan mendengarkan saja.
6.Umumnya semakin bertambah usia semakin mudah mereka beradaptasi dengan gaya mengajar seorang guru.
Meskipun memang benar bahwa siswa dewasa membutuhkan motivasi yang lebih sedikit dari guru, juga struktur yang lebih sedikit, mereka tetap belajar dengan cara yang berbeda , memiliki kebutuhan dengan gaya berbeda. Sebagai mana siswa yang lebih muda usianya, merekapun mendapatkan kesulitan yang sama dalam menghadapi para guru dan pelatih dengan gaya mengajar yang tidak sama dengan gaya belajar mereka




Semua hal diatas adalah pemikiran keliru mengenai gaya belajar dan mengajar yang perlu dikoreksi lagi. Bagaimana solusinya? Yang pertama perlu dilakukan para guru, orang tua dan pelatih adalah :

  • Setiap orang tua dan pendidik seharusnya memiliki pengetahuan tentang gaya belajar yang berbeda .
  • Para pendidik harus siap mengimplementasikan metode pengajaran yang berpusat pada siswa dan sebisa mungkin memenuhi kebutuhan semua siswa.
  • Orang tua harus mengerti perbedaan gaya belajar pada anak-anak mereka sebaiknya mendukung kebutuhan belajar mereka yang sebenarnya dan menciptakan lingkungan belajar yang akrab dirumah. Serta tidak memaksakan kehendak untuk mengikuti gaya belajar mereka.


Tags: www.putrapertiwi.com

Tanggapan Tulisan
29 November 2009 21:48
0

Salam,

Artikel ini menarik..
Sayang saya belum bisa menanggapi.. karena, saya melihat pada bagian penjelasan selalu berkata: “peneliatian menunjukan…” (khususnya point 1, 2 dan 3).. yang menjadi pertanyaan (dan mungkin saran) adalah : mohon dapat ditunjukan/disertakan link yang berisikan hasil penelitian sebagaimana dikatakan.. agar artikel ini menjadi lengkap dan pembaca dapat memperbandingkan antara metode lama.. dan metode baru tentang gaya belajar…

Mohon ya.. saya perlu sekali link yang berisikan penelitian tersebut…

Terima kasih dan salam..

29 November 2009 22:03
0

Salam

Terimakasih atas sarannya…
Tulisan ini berdasarkan penelitian seorang ahli Learning and working styles dan pendiri Learning co di Selandia Baru. Barbara Praishning dalam biukunya ” the power of learning styles” Sebagai pendidik saya ingin berbagi dan mengajak para pemerhati pendidikan baik guru dan orang tua mengetahui betapa kita harus memahami dan menerima perbedayaan setiap gaya belajar anak.

29 November 2009 23:03
0

menarik sekali artikelnya. namun untuk mengubah gaya belajar yang lama, tidak cukup darikalangan guru saja, tapi juga menyeluruh satu kesatuan sekolah harus menyetujui hal ini, karena jika seorang guru memiliki cara berbeda dibandingkan guru yang lain, maka mungkin bisa mendapatkan teguran. Jadi, semuanya harus dimulai dari pihak sekolah untuk membebaskan guru bisa berkreasi dalam mengajar dan mendidik anak, terimakasih

30 November 2009 17:49
0

woh woh makasi atas saran nya mungkin keta memang harus seperti itu dan sabar hahahah tp aku lom nika jadi lom punya anak?? ya uda yang penting bisa aku pakai saat aku punya anak………

30 November 2009 22:18
0

@Johan Setiawan Thank atas tanggapannya. Memang benar untuk mengubah paradigma lama terhadap gaya belajar harus didukung semua komponen baik pendidik di sekolah maupun orang tua . Oleh sebab itu pihak sekolah disarankan sebelum meneraokan metode ini harus disosialisaikan keseluruh pengajar disekolah.
@ Rendi. Persiapan nanti setelah nikah dan punya anak ya.. Biar menjadi bapak yang memahami anak.

1 komentar: